BAB
1
PENDAHULUAN
Sejak dalam alam
penciptaannya, seorang manusia sesungguhnya telah memiliki rasa ingin tahu
terhadap apa dan mengapa telah tercipta segala yang ada di depannya. Dalam
naluri mereka mulai bertanya “Dari mana semua ini berawal dan akan kemana semua
ini akan berakhir ?. Pertanyaan itulah yang kemudian tercatat dalam Al-Quran,
yang pada akhirnya membawa Nabi Ibrahim a.s. Dapat menuju jalan dalam menemukan
Rabbnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 76-80
yang artinya :
“Ketika malam telah gelap, dia
(Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku. “Maka ketika bintang itu terbenam, dia berkata,
“Aku tidak suka kepada yang terbenam.
Lalu ketika ia melihat bulan terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi
ketika bulan itu terbenam dia berkata, Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian
ketika dia melihat matahari terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih
besar. ”Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh,
aku terlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Aku hadapkan wajahku kepada
(Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti)
agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Dan kaumnya
membantahnya, Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang
Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut
kepada (malapetaka) dari apa yang kamupersekutukan dengan Allah, kecuali
Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah
kamu dapat mengambil pelajaran?.
Ayat diatas menjadi sebuah
bukti bahwasanya Tauhid merupakan sebuah misi risalah yang hendak dicapai
oleh Nabi Ibrahim as. Sehingga pada akhirnya, Ia beriman kepada Allah SWT, dan
meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain-Nya. Misi risalah itulah yang juga
diemban oleh Nabi Muhammad SAW. dan juga para Nabi lainnya. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 25 yang artinya:
“Dan tidaklah kami mengutus
seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan kami wahyukan kepadanya,
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku”.
Betapa pentingnya Tauhid
bagi kehidupan manusia, sehingga Tauhid ditempatkan pada bagian pertama dan
utama oleh semua agama, khususnya agama samawi. Oleh karena itu, sangat
penting sekali apa sebenarnya tentang Manfaat, Tujuan dan Sumber Tauhid,
Aqidah Islamiyah, dan Ilmu Kalam bagi kehidupan manusia, sehingga dijadikan
sebuah tujuan utama dari diutusnya para Nabi dan Rasul.
Dalam makalah ini, penulis
akan membahas secara singkat mengenai Manfaat, Tujuan, dan Sumber Tauhid,
Aqidah Islamiyah, dan Ilmu Kalam tersebut dalam kehidupan umat manusia,
dengan harapan bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan juga para
pembaca makalah ini.
BAB
2
PEMBAHASAN
Meskipun inti pembahasan
makalah ini ialah tentang Manfaat dan Tujuan Ilmu Tauhid, Aqidah Islamiyah, dan
Ilmu Kalam, Namun terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang pengertian Ilmu
Tauhid, Aqidah Islamiyah, dan Ilmu Kalam, Yang hal itu menurut penulis akan
lebih memudahkan dalam memahami pembahasan selanjutnya.
1. PENGERTIAN ILMU TAUHID, AQIDAH ISLAMIYAH,
DAN ILMU KALAM
1.1. Pengertian Tauhid
Kata Tauhid berasal
dari kata Wahhada-Yuhawwidu yang secara etimologis berarti ke-Esaan,
sehingga istilah mengtauhidkan ialah “Mengesakan”. Sementara itu para
ulama berbeda pendapat dalam mendenifisikan tauhid ini, tetapi perbedaan itu
hanyalah pada redaksi atau kalimat yang digunakan, sedangkan substansinya
adalah sama.
Muhammad
Abduh mengatakan bahwa, “Ilmu Tauhid ialah sesuatu ilmu yang membahas
tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang
boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan
pada-Nya. Juga membahas tentang Rasul-Rasul Allah SWT. Meyakinkan ke-Rasulan
mereka, apa yang boleh (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang
menghubungkan kepada mereka”.1)
1)
Abudin
Nata, Metodologi Studi Islam, Rajawali Press, Jakarta, 2008.
Sementara itu Affandi
Al-Jasr mengatakan bahwa, Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas
hal-hal yang menetapkan aqidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan.2)
Selain itu Prof. M.
Thahir A. Muin mendefinisikan bahwa, Ilmu Tauhid ialah Ilmu yang
menyelidiki dan membahas soal yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT.,
dan bagi sekalian utusan-utusan-Nya, juga mengupas dalil-dalil yang mungkin
sesuai dengan akal pikiran, dan sebagai alat untuk membuktikan adanya Zat
yang mewujudkan.3)
Disamping itu masih banyak
sekali definisi lain yang dikemukakan para ahli tentang Ilmu Tauhid tersebut.
Hal inilah yang memberi sebuah gambaran bahwa, nampaknya belum ada kesepakatan
di antara para ahli mengenai definisi dari Ilmu Tauhid. Akan tetapi, dari
definisi-defifisi yang dikemukakan para ahli tersebut, setidaknya dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa, Ilmu Tauhid ialah Ilmu yang berhubungan dengan
masalah ketuhanan (Allah), Rasul atau Nabi, dan masalah-masalah yang berkaitan
dengannya.
Sejalan
dengan perkembangan ruang lingkup tentang pembahasan ilmu ini, maka terkadang Ilmu
Tauhid dinamai pula dengan Ilmu Teologi, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Aqaid,
dan ilmu ketuhanan. Dinamai Ilmu Teologi, karena ilmu ini juga membahas
tentang bagaimana mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan
menggunakan dalil-dalil dan bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng
kepercayaan yang bertentangan dengan dalil. Selain itu, pada intinya Ilmu
Teologi ini juga berhubungan dengan masalah ketuhanan.
2)
Drs. H.M
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Citra Niaga Rajawali Pres, Jakarta 1993.
3)
Drs. H.M
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Citra Niaga Rajawali Pres, Jakarta 1993.
Selanjutnya Ilmu Tauhid
dinamai dengan Ilmu Ushuluddin, karena Ilmu ini membahas pokok-pokok
keagamaan , yakni kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan. Dan dinamai Ilmu
Aqa’id, karena dengan Ilmu ini seseorang diharapkan agar meyakini dalam
hatinya secara mendalam dan mengingatkan dirinya hanya kepada Allah SWT.
Sebagai Tuhan.4)
Dari pembahasan diatas
tampak bahwa, pada intinya Ilmu Tauhid ialah Ilmu yang berbicara tentang
bagaimana seseorang meyakini dan percaya hanya ada Tuhan yang satu, yang
berkuasa atas segala sesuatu, sehingga Ilmu Tauhid ini adalah sebuah
disiplin ilmu yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia, khususnya bagi
umat beragama untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan baik di dunia maupun di
akhirat.
Adapun yang menjadi objek
kajian dari Ilmu Tauhid ini ialah Aqidah yang diterangkan
dalil-dalilnya, yakni Aqidah yang dimaksud ialah pendapat dan pikiran
atau anutan yang mempengaruhi jiwa manusia, lalu menjadi sebagai suatu bagian
dari manusia itu sendiri yang dipertahankan dan di I’tiqadkan bahwa itu
adalah benar. Oleh karenanya, Aqidah inilah yang menjadi dasar Aqidah
Islamiyah.
Secara garis besar Ilmu
Tauhid ialah Ilmu yang mempelajari bagaimana bertauhid dengan baik dan benar
sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadist. Petunjuk Al-Quran dan
Hadist inilah yang dikaji secara mendalam oleh para Ulama’. Namun karena pola
pikir, latar belakang, metode pendekatan, dan sudut pandang yang berbeda,
tentunya hasil dari pemikiran merekapun berbeda pula. Jangankan antar madzhab,
di dalam satu madzhabpun perbedaan sering terjadi, sehingga munculah
sekte-sekte.
Jalan
yang paling aman dan dekat untuk mengenal Tuhan ialah dengan memperhatikan dan
meneliti alam semesta. Al-Quran selalu mendorong manusia agar mau memperhatikan
dan memikirkan apa yang ada dan terjadi di alam raya ini, bukan saja alam yang
berada di luar dirinya, tetapi juga apa
yang ada dalam diri manusia itu sendiri.
4)
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Rajawali
Press, Jakarta, 2008
1.2. Pengertian Aqidah Islamiyah
Aqidah Islamiyah sering
disebut dengan Tauhid. Ajaran Tauhid disebut pula ajaran monoteisme,
Aqidah ini sudah ada sejak zaman Nabi Adam a.s. sebagai seorang Nabi dan Rasul,
Nabi Adam a.s. telah membawa Aqidah ketauhidan tersebut, suatu Aqidah yang
diberikan Allah SWT. Kepada beliau. Oleh karena itu, umat islam yakin, Nabi
Adam a.s. menganut paham monoteisme dan tidak mungkin menganut paham politeisme
/ kemusyrikan.
Nabi Adam tahu betul
tentang Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah SWT. Dengan keyakinan bahwa Aqidah
ketauhidan sudah ada sejak Nabi Adam a.s. Umat manusia menolak teori CH.
Darwin dan pengikutnya mengenal evolusi tentang asal-usul agama.
Alasan-alasan yang biasa
dikemukakan dalam penolakan teori tersebut adalah sebagai berikut :
- Kalaulah Agama Islam muncul melalui proses evolusi,
sesuai dengan tingkat dan kemajuan Ilmu Pengetahuan, berarti Agama Islam adalah
hasil produk manusia. Sedangkan Islam adalah Agama Wahyu yang datang dari Allah
SWT. Ia bukan kebudayaan, sekalipun ia melahirkan kebudayaan dan beradaban.
- Kalau Nabi Adam a.s. adalah seorang Nabi,
tentulah ia diberi bekal oleh Allah SWT. Dengan agama tauhid atau monoteisme.
Dalam membina Aqidah dan
Ibadah, Agama juga tidak bisa berjalan sendiri, Ia harus dibantu dengan Ilmu
Pengetahuan. Ilmu dapat menjelaskan dan menafsirkan arti dan makna Aqidah dan
Ibadah secara rasional, sehingga ia tidak hanya diterima dengan rasa (Iman)
tetapi juga dengan rasio (akal). Hal ini akan memantapkan rasa keberagaman dan
keyakinan seseorang serta menumbuhkan kesadarannya yang mendalam untuk
memperkuat iman dan melaksanakan ibadah dengan baik dan benar yang sesuai
dengan syariat.
1.3. Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu kalam disebut juga
ilmu al-aqa’id yakni ilmu yang membicarakan tentang wujudnya Allah,
sifat yang semestinya ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada padanya, dan
sifat-sifat yang mungkin ada padanya, dan membicarakan rasul-rasul Allah,untuk
menetapkan kerasulnya dan sifat-sifat yang harus ada padanya.5) Husain
Affandi al-jasr mengatakan “ Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas
hal-hal yang menetapkan aqidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan”.6)
Ada juga yang mengatakan ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil
fikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari
kepercayaan-kepercayaan aliran golongan Salaf dan Ahli Sunnah.
Dengan
redaksi yang berbeda dan sisi pandang yang lain, Ibnu Khaldun mengatakan
bahwa Ilmu Kalam ialah “ Ilmu yang berisi alasan-alasan dari aqidah
keislaman dengan dalil-dalil Aqliyah dan berisi pula alasan-alasan bantahan
terhadap orang-orang yang menyeleweng dari Aqidah Salaf dan Ahli
Sunnah”7). Disamping definisi-definisi diatas, masih banyak definisi-definisi
yang lain yang dikemukakan oleh para Ahli. Nampaknya belum ada kesepakatan kata
diantara mereka mengenai definisi Ilmu Kalam ini. Meskipun demikian, apabila disimak apa yang tersurat dan yang
tersirat dari definisi-definisi yang diberikan oleh mereka, masalah ini
berkisar kepada pesoalan-persoalan yang berhubungan dengan Allah, Rasul, atau
Nabi, dan hal-hal yang berkenaan dengan manusia yang sudah mati.
5) A. Hanafi. MA, Theologi Islam ( Ilmu Kalam ),
Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hlm. 10.
6) Asmuni, M Yusran, Ilmu Tauhid, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1999.
7) A. Hanafi. MA, Theologi Islam ( Ilmu Kalam
), Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hlm. 10.
2. MANFAAT, TUJUAN DAN SUMBER ILMU TAUHID
2.1. Manfaat Ilmu Tauhid
Manfaat Tauhid antara lain
ialah :
1. Tauhid dapat memerdekakan umat manusia dari
segala perbudakan dan penghambaan kecuali kepada Allah SWT. Yang menciptakan
dengan bentuk yang sempurna.
2. Tauhid dapat membantu dalam pembentukan
kepribadian yang kokoh, arah hidup menjadi jelas, dan tidak mempercayai Tuhan
kecuali hanya kepada Allah SWT. Kepada-Nya tempat menghadap, baik dalam
kesendirian atau di tengah keramaian orang, dan selalu memohon kepada-Nya dalam
keadaan sempit maupun lapang.
3. Tauhid dapat memberikan kekuatan jiwa kepada
pemiliknya dengan penuh harap kepada Allah SWT. Dan selalu bertawakal, ridha
atas ketentuan-Nya, dan sabar terhadap musibah.
4. Tauhid yang baik dan benar dapat
menghilangkan sifat syirik ( menyekutukan Allah SWT ) yang hatinya
terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak, yakni sesaat
menghadap dan menyembah yang hidup, dan suatu saat menghadap dan menyembah
kepada yang mati. Dalam firman-Nya Allah SWT. Menjelaskan :
“Hai
penghuni penjara, manakah yang lebih baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu, ataukah
Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?”. (Q.S Yusuf ayat : 39)
5. Tauhid sebagai pondasi manusia dalam
menjalani perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagai hamba yang mulia
untuk membentuk pribadi yang beriman dan bertaqwa.
2.2. Tujuan Tauhid
Tujuan
Tauhid antara lain adalah :
1. Tauhid bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dengan baik dan benar tentang keyakinan seseorang kepada Allah SWT.
Dengan menggunakan dalil naqli (Al-Quran dan Hadits), dan dalil
aqli (rasio).
2. Tauhid bertujuan untuk menghilangkan
keraguan terhadap Allah SWT. Yang melekat pada hati seseorang dari godaan
setan, jin, dan manusia.
3. Tauhid bertujuan untuk meluruskan
aqidah-aqidah yang menyeleweng dan keliru, akibat kesalahfahaman dan pemalsuan
hadits-hadits, yang pada saat itu timbul sebagai suatu ilmu yang berdiri
sendiri, dengan demikian kemurnian pemahaman terhadap Alllah SWT. Kembali
kepada Al-Quran dan Hadits.
4. Tauhid bertujuan untuk memantapkan keyakinan
akan keEsaan-Nya, dan menumbuhkan kesadaran akan tugas, dan kewajibannya
sebagai hamba Allah SWT. apabila tauhid itu dapat diketahui, dipahami, dan
diamalkan dengan baik dan benar.
5. Tauhid bertujuan untuk menambah aqidah dan
keimanan seseorang, karena iman itu bisa bertambah, dan berkurang. Yang dalam
Al-Qur’an Allah SWT. Berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabia dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal”. (Q.S. Al-Anfal ayat
:2 ).
2.3. Sumber Tauhid
Sumber-sumber
tauhid adalah sebagai berikut :
1.
Al-Quran
Sebagai sumber tauhid,
Al-Qur’an banyak menyinggung hal-hal yang bekaitan dengan ketauhidan, antara
lain :
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat ayat ; 56)
Ayat diatas menjelaskan
bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia hanyalah untuk beribadah kepada Allah
SWT. Dan yang menciptakan itulah yang berhak untuk diibadahi, sekaligus
membantah orang-orang yang menyembah kepada berhala-berhala dan semacamnya.
Oleh karena itu mempelajari tauhid merupakan kebutuhan setiap individu.
“Sungguh , Kami telah mengutus kepada setiap
umat seorang Rasul yang mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah Thagut.” (Q.S.
An-Nahl ayat : 36)
Ayat diatas menjelaskan
bahwa hikmah diutusnya seorang Rasul yakni untuk mendakwahkan tauhid, serta
membawa misi dakwah untuk mengajak bertauhid dan menjauhi sifat syirik, yang
disertai dengan pengingkaran terhadap thagut dan sesembahan selain Allah SWT.
“Rabbmu memerintahkan kepadamu, agar kamu
tidak beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan berbaktilah kepada kedua orang
tua.” (Q.S. Al-Israa’ ayat : 23)
Ayat diatas menjelaskan
bahwa Allah SWT. Memerintahkan kepada umatnya tentang, hak Allah adalah yang
paling penting yang harus ditunaikan, karena hak-haknya Allah SWT. Adalah
sebagai sikap tauhid kita kepada yang Maha Menciptakan, yang dilanjutkan dengan
sikap pengagungan terhadap hak-hak kedua orang tua untuk selalu berbakti
kepadanya.
2. Hadist
Adapun hadits-hadits yang menjadi salah satu sumber
tauhid yang menjelaskan tentang keutamaan tauhid, adalah :
Nabi Muhammad SAW bersabda:
إن الله لم يفرض شيئا أفضل من التوحيد والصلاة, ولو كان شيء أفضل منه
لافترضه على ملائكته منهم راكع ونهم ساجد
”Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan sesuatu yang
lebih utama dari tauhid dan shalat, kalau ada sesuatu yang lebih utama darinya,
maka pasti Allah akan mewajibkannya kepada para malaikatnya, diantara mereka
ada yang ruku dan ada yang sujud”.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا
الله فإذا قالوها عصموا منى دمائهم وأموالهم إلا بحقها وحسابهم على الله , متفق
عليه.
“Aku di
perintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengatakan bahwa tidak ada
tuhan kecuali Allah, tatkala mereka mengatakannya maka mereka telah menjaga
darah mereka dan harta mereka dariku, dan hisab mereka tanggung jawab Allah”
(HR. Bukhori –muslim).
3. Pendapat Ulama
Mengenai tauhid para ulama
banyak menjelaskan tentang hakekat beribadah dengan bertauhid, antara lain
adalah :
Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Sesungguhnya hakekat tauhid
ialah mengesakan Allah yang maha suci dalam beribadah”.8) Oleh
sebab itu, para Nabi dan Rasul, serta pengikutnya menjadikan dakwah tauhid
sebagai dakwah yang paling utama dan diprioritaskan.
8)
Syarh
Kasyfu Asy-Sybuhat fi At-tauhid, Dar Jamilurrahman As-Salafy, hlm. 17.
Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Segala sesuatu yang disembah selain Allah
ta’ala adalah bathil/sesembahan yang keliru…”9). Menurut beliau segala
sesuatu yang disembah selain AllahSWT. Adalah bathil. Dan tidak ada nilai
ibadah disisi-Nya dan segala amal dan ibadahnya akan tertolak dan sia-sia.
Syaikh Muhammad bidn Abdul
Wahhab rahimahullah berkata, “Tauhid merupakan agama segenap Rasul yang
diutus oleh Allah SWT. Kepada hamba-hamba-Nya”. Dan Syaikh Shalih bin Abdul
Aziz Alu Syaikh hafizhahullah berkata, “Apabila kenyataannya seperti itu,
yaitu segenap Rasul menyerukan tauhid, maka seharunya dakwah itu dilakukan
untuk menyerukan pokok ini. Dakwah dilakukan untuk mengajak orang mentauhidkan
Allah SWT. Sebab dengan tauhid itulah hati menjadi baik dan amalan pun akan
menjadi baik”.10) Maka menurut perkataan beliau agama para Nabi
adalah satu. Yang kesemuanya menjelaskan tentang dakwah tauhid yang diberikan
oleh Allah SWT. Untuk segenap Rasul yang risalahnya dilanjutkan oleh umat manusia.
Penjelasan-penjelasan para
ulama mengenai hakikat beribadah dengan tauhid pada intinya semua menyerukan
bahwa beribadah haruslah dengan sikap tauhid yang benar yakni meng-Esakan hanya
kepada-Nya, dan mengetahui bahwa para Rasul di utus untuk membawa misi dakwah
untuk mengajak umat manusia mentauhidkan hanya kepada Allah SWT. yang sebenarnya
masih banyak sekali penjelasan-penjelasan para ulama yang berkaitan dengan
hakekat beribadah dengan tauhid.
9)
Syarh
‘Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Dar Al-Qudss, 1426 H, hlm. 34.
10) Syarh Kasyfu Asy-Syubuhat fi At-Tauhid, hlm.
20.
3. MANFAAT, TUJUAN DAN SUMBER AQIDAH
ISLAMIYAH
3.1. Manfaat Aqidah Islamiyah
Adapun Manfaat Aqidah Islamiyah antara lain
:
1. Untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada
Allah SWT. Sebab aqidah merupakan benteng yang paling utama bagi umat muslim untuk
menjaga kemurniannya.
2. Agar mendapatkan ketenangan dalam hidup,
karena orang yang beraqidah hanya akan fokus kepatu satu Tuhan, yakni Allah
SWT. Maka seluruh upayanya akan ia serahkan kepad-Nya, sehingga akan tercipta
ketenangan batin dalam hidupnya di dunia.
3. Seseorang yang beraqidah akan mendapatkan
kemudahan dalam menjalani hidup. Dimana Allah SWT. Telah menjamin kepada
orang-orang yang beraqidah dengan penuh ketaqwaan.
4. Agar setiap perbuatan, sikap, tingkah laku,
dan perkataan seseorang sesuai dengan aqidah isllamiyah yang berpegang teguh
akan keyakinan tauhid.
5. Dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut,
mendapatkan syafaat dari Raslullah SAW. Dan dimudahkan dalam proses hisab atau
perhitungan, kebaikan dalam timbangan amal, kemudahan dalam menyeberangi
siratal mustaqim dan diperkenankan masuk surganya Allah SWT. Ketika diakhirat.
3.2. Tujuan Aqidah Islamiyah
Adapun
Tujuan Aqidah Islamiyah antara lain :
1. Memantapkan keyakinan tentang kebenaran aqidah dan menjelaskan ajaran-ajaran yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
2. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari
penyelewengan dalam beribadah kepada Allah SWT. Dan bermua’malah dengan orang
lain. Karena diantara dasar aqidah adalah mengimani para Rasul dengan mengikuti
jalan mereka.
3. Memberikan ketenangan jiwa, dan pikiran,
tidak cemas dalam jiwa, dan tidak goncang dalam pikiran. Karena aqidah ini akan
menghubungkan orang mukmin dengan pencipta-Nya yang mengatur segala urusan
umatnya.
4. Mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada
Allah SWT. Semata. Karena hanya kepada-Nyalah kita menyembah, dan memohon
pertolongan. Dan karena Dia adalah Maha pencipta segalanya dan tidak ada sekutu
bagi-Nya.
5. Menghilangkan akal dan pikiran dari
kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari aqidah. Karena dengan hati
kosong dari aqidah dapat terjerumus dalam jurang kemaksiatan.
6. Untuk membimbing umat manusia kembali kepada
jalan kebenaran, sesuai yang dicontohkan oleh Nabi dan Rasul, sehingga dapat
membentuk karekteristik manusia yang sesuai dengan aqidah islamiyah.
3. 3. Sumber Aqidah Islamiyah
Adapun sumber-sumber aqidah islamiyah antara
lain :
1. Al-Quran
Sebagai sumber aqidah,
Al-Quran banyak menyinggung tentang kepercayaan Islam yang diyakini oleh
orang-orang atas kebenaran-Nya. Antara lain :
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri.” (Q.S. Ar-Rad ayat : 13)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama (islam) sesuai fitrah-Nya, disebabkan Dia telah menciptakan
manusia dengan fitrah-Nya itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan-Nya . Itulah
agama yang lurus , akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” ( Q.S.
Ar-Rum ayat : 30)
“ Dan barang siapa yang berserah diri kepada
Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telang
berrpegang kepada buuhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala
urusan.” (Q.S. Luqman ayat : 22)
Dari
ayat-ayat di atas sangatlah jelas bahwa Al-Quran sangat berperan penting bagi
umat manusia tentang beraqidah yang baik dan benar.
2. Hadits
Adapun Hadits yang
menetapkan kebenaran tentang keyakinan aqidah islam diantaranya :
Dari Jundup radhiyallahu
‘anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bercerita bahwa
seseorang berkata : “Demi Allah, Allah tidak mengampuni Fulan”. Sesunggunhnya
Allah Ta’ala berfirman : “Siapakah yang bersumpah atas-Ku bahwa aku tidak
mengampuni Fulan, sesungguhnya Aku telah mengampuni Fulan dan Aku menghapus
amal atau seperti apa yang ia ucapkan”. (Hadits ditakhrij oleh Imam Muslim).
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shalallahu ‘alihi wa sallam, beliau
bersabda : Allah Yang Maha Mulia dan
Maha Besar berfirman : “Sesungguhnya umatmu senantiasa berkata : “Apakah
ini, apakah ini ?”, sehingga mereka berkata : Ini adalah Allah, yang
menciptakan makhluk. Maka siapakah yang menciptakan Allah?” (Hadits
ditakhrij oleh Imam Imam Muslim).
Dari Abu Zur’ah, Ia
mendengar Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rasulullah
Shalallahu ‘alihi wa sallam bersabda : Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar
berfirman : “Siapakah yang hendak aniaya dari pada orang yang seperti
buatan-Ku, maka hendaklah ia membuat semut kecil, atau membuat biji dan
gandum”. (HR. Bukhari).
Dari hadits-hadits diatas
dapat kita pahami bahwa seseorang yang beraqidah haruslah mengetahui dengan
baik dan benar akan kebenaran Maha Besar
dan Mulianya Allah SWT.
4.
MANFAAT,
TUJUAN DAN SUMBER ILMU KALAM
4.1 Manfaat Ilmu Kalam
Adapun
manfaat ilmu kalam antara lain adalah :
1. Agar manusia dapat mengetahui dengan baik
dan benar tentang Dzat dan sifat-sifat Allah SWT, baik yang wajib, mustahil dan
ja’iz bagi Allah SWT.
2. Agar manusia dapat meyakini, menghayati
dengan baik dan benar akan perkataan, dan wahyunya Allah SWT.
3. Agar bertambah akan keyakinan, dan pemahaman
aqidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan.
4. Agar manusia terbimbing ke jalan yang benar,
sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
5. Menjadikan kalamullah (Al-Qur’an) sebagai
pegangan hidup, serta motivasi untuk melakukan kebajikan dalam beramal shalih.
4.2. Tujuan Ilmu Kalam
Adapun Tujuan Ilmu Kalam adalah sebagai
beerikut :
1. Memberikan kebenaran Wahyu tentang hal-hal
yang terkait dengan kesalahpahaman pemikiran-pemikiran diluar Al-Quran.
2. Menjelaskan, memperkuat, dan membelanya dari
penyimpangan yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
3. Menjelaskan persoalan-persoalan yang terjadi
dimasyarakat yang tidak ada penjelasannya dalam Al-Qur’an dan Hadits oleh para mutakallimin.
4. Membenarkan hal-hal yang terkait dengan
penyelewengan tentang kebenaran agama Allah SWT.
4.3.
Sumber Ilmu Kalam
Adapun sumber ilmu kalam
adalah sebagai berikut :
1. Al-Qur’an
Sebagai sumber ilmu kalam,
Al-Quran banyak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan masalah ke-Tuhanan,
diantaranya adalah :11)
Q.S.
Al-Baqarah ayat:75
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan
percaya kepadamu, Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu
mereka merubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahuinya”.
Q.S. Al-Baqarah ayat:253
“Rasul-rasul itu kami lebihkan sebagian
(dari) mereka atas sebagian yang lain.
Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan
sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan kami beri Isa
putra Maryam beberapa mukjizat dan kami perkuat dia dengan Ruhul Kudus
(Jibril). Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak
akan berbunuh-bunuhan, setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka
berselisih, maka diantara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir.
Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah berbuat
menurut kehendak-Nya”.
Q.S. Ali-Imran ayat:83
“Maka
apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
berserah diri segala apa yang dilangit dan dibumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”.
11) Ibid, hlm. 260-261
2. Hadits
Hadits Nabi Muhammad SAW. juga banyak
membicarakan masalah-masalah yang dibahas mengenai kemunculan berbagai golongan
dalam ilmu kalam, salah satunya :
Rasulullah SAW
bersabda:
إن أمتى ستفترق على ثنتين وسبعين فرقة كلها فى النار إلا واحدة وهى الجماعة
“Ummatku akan terpecah belah
menjadi 72 golongan, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu jama’ah”. (HR. Abu
daud, turmudzi, ibnu majah).
Keberadaan hadis diatas berkaitan dengan perpecahan
umat, karena dari hadis diatas dijelaskan bahwa umat islam akan terpecah belah
ke dalam beberapa golongan. Diantara golongan-golongan itu, hanya satu saja
yang benar, yakni Ahlus Sunah Wal Jama’ah.
3. Pemikiran Manusia
Pemikiran-pemikiran Islam
sebagai sumber ilmu kalam adalah ijtihad yang dilkukan para mutakallimin
dalam persoalan yang tidak ada penjelasannya dalam Al-Quran dan Hadis , seperti
persoalan ma’shum dan bada di kalangan Syi’ah, dan
persoalan kasab dikalangan Asy’ariyah.
Dikalangan Syi’ah
salah satu tokoh pemikiran agama yakni Abdullah bin Wahab bin Saba’,
yang lebih dikenal dengan nama Ibn Sauda. Ia membawa pemikiran bahwa Ali
bin Abi Thali r.a. adalah seorang khalifah yang diperkuat oleh nash agama, yang
beranggapan bahwa kehidupan Ali r.a. bersifat lestari, sedangkan khalifah
sebelumnya tidak sah.
Pemikiran Ibn Sauda ini
merupakan transformasi pemikiran agama Yahudi. Pemikiran ini kemudian
berkembang menjadi aliran yang terkenal dalam Islam, yaitu Syi’ah Imamah.
Dikalangan Asy’ariyah salah
satu tokoh pemikiran agama yakni Abu hasan Ismail Al-Asy’ari, Ia mengatakan
bahwa masa awal islam terdapat dua orang tokoh agama lain. Salah satu tokohnya
bernama Ma’bad bin Abdillah Al-Juhani Al-Bisri yang datang menghasut masyarakat
Madinah dengan mengajarkan masalah qadar. Karena
dianggap sebagai orang yang sesat, kemudian Ma’ad ditangkap dan dihukum mati,
dan disalib oleh Khalifah Malik bin Marwan di Damaskus pada tahun ke-8 H.12)
Adapun
orang yang pertama membentangkan pemikiran kalam secara lebih baik dengan
logikanya adalah Imam Al-Asy’ari, tokoh ahlu sunnah wa al-jama’ah,
melalui tulisan-tulisannya yang terkenal, yaitu Al-Muqalat,13)
dan Al-Ibanah An-Ushul Ad-Diyanah
12) Al-Imam
Abi Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari, Maqalat
Al-Islamiyyin wa Ikhtilaf Al-Mushallin, jilid I An-Nahdhah Al-Masyhriyyah,
Kairo, 1950, hlm. 10
13) Harun Nasution, Teologi Islam:
Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. UI-Press, Jakarta, hlm. 6
BAB
3
PENUTUP
Dengan kita mengetahui
pengertian, dan memahami manfaat, tujuan, dan sumber Tauhid, Aqidah
Islamiyah, dan Ilmu Kalam, tentu kita akan mengetahui bahwa, apa saja yang
dijadikan materi dalam pembahasan Ilmu ini, baik itu pengertian, manfaat,
tujuan, dan sumber maupun ruang lingkup pembahasannya. Jika ditinjau dari
definisinya dapatlah kita ketahui bahwa Ilmu Tauhid,Aqidah Islamiyah, dan Ilmu
Kalam ini adalah suatu Ilmu yang membahas dan membicarakan wujudnya Allah SWT.
Sifat yang mestinya ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada padanya, dan
sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya, dan membicarakan Rasul-Rasul Allah SWT.,
untuk menetapkan kerasulannya dan sifat-sifat yang harus ada padanya. Oleh karena
itu kewajiban pertama bagi seorang hamba adalah mengenal Allah.
Allah SWT berfirman:
فاعلم أنه لآ اله
إلا الله [ محمد: 19 ]
“Maka ketahuilah bahwasanya tidak ada tuhan kecuali
Allah SWT” (Q.S. Muhammad : 19)
Nabi Muhammad SAW
bersabda:
أمرت أن أقاتل
الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله فإذا قالوها
عصموا منى دمائهم وأموالهم إلا بحقها وحسابهم على الله , متفق عليه.
“Aku di perintahkan untuk memerangi manusia hingga
mereka mengatakan bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, takala mereka
mengatakannya maka mereka telah menjaga darah mereka dan harta mereka dariku,
dan hisab mereka tanggung jawab Allah” (HR. Bukhori –muslim).
Allah memiliki
nama-nama yang baik.
Allah berfirman:
ولله الأسماء
الحسنى فادعوه بها...... الآية [الأعراف : 180 ]
“Allah memiliki nama-nama yang baik, maka berdoalah
dengannya”.(Q.S. Al-A’raf:180)
Nabi Muhammad
bersabda:
لله تسعة وتسعون
إسما مائة إلا واحدا, من أحصاها دخل
الجنة. متفق عليه
“Allah
memiliki 99 nama atau 100 kurang 1, barang siapa yang menghafalnya maka ia akan
masuk surge”. (HR. Bukhari-Muslim)
Dari firman Allah SWT. Dan Hadits Rasulullah SAW.
Diatas bahwa hendaknya kita sebagai umat manusia untuk selalu memulai sesuatu
dengan memuju asma-Nya. Sehingga kita dapat mengetahui dengan baik dan benar,
tentang kewajiban sebagai mahluk, serta agar dapat mengambil manfaat
dan tujuan sumber tauhid, aqidah islamiyah, dan ilmu kalam ini,
agar umat manusia dapat menjadikannya sebagai pedoman hidup, yang dengannya
umat manusia bisa terbimbing kepada jalan yang diridhai Allah SWT. Serta dengan
ilmu ini umat manusia bisa menjalani hidup dengan apa yang telah digariskan
olah Allah SWT.
Dari semua penjelasan
menganai manfaat, tujuan, dan sumber tauhid, aqidah islamiyah, dan ilmu kalam
yang penulis paparkan dalam makalah ini, semoga kita semua dapat mengambil
pelajaran untuk bisa dilaksanakan di kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
sehingga keridhaan Allah SWT. Akan dapat kita raih bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmuni,
M. Yusran, Ilmu Tauhid, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999).
Mukhlisin
S.Ag,From : Http//:www,google/pendahuluan ilmu tauhid.pdf/15 maret 2012.
A.Hanafi
MA, Theology Islam ( Ilmu Kalam ), (Jakarta :Bulan Bintang,1979).
Nata
Abudin, Metodologi Studi Islam, Rajawali Pers: Jakarta, 2008.
Muhammad
K. Mu’tahim, Laa Tansa Ya.. Musimin. Alifbata: Jakarta,2007.
Musthofa
Drs. Khalili H.M. Kharwani, Tauhid Pokja Akademik UIN Sunan Kali Jaga: Yogyakarta, 2005.
Syarh
Kasyfu Asy-Sybuhat fi At-tauhid, Dar Jamilurrahman
As-Salafy.
Syarh ‘Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah,
Dar Al-Qudss, 1426 H.