Jumat, 24 Januari 2014

Manfaat, Tujuan, dan Sumber Tauhid, Aqidah Islamiyah, dan Ilmu Kalam



BAB 1
PENDAHULUAN

Sejak dalam alam penciptaannya, seorang manusia sesungguhnya telah memiliki rasa ingin tahu terhadap apa dan mengapa telah tercipta segala yang ada di depannya. Dalam naluri mereka mulai bertanya “Dari mana semua ini berawal dan akan kemana semua ini akan berakhir ?. Pertanyaan itulah yang kemudian tercatat dalam Al-Quran, yang pada akhirnya membawa Nabi Ibrahim a.s. Dapat menuju jalan dalam menemukan Rabbnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 76-80 yang artinya :
“Ketika malam telah gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku. “Maka  ketika bintang itu terbenam, dia berkata, “Aku  tidak suka kepada yang terbenam. Lalu ketika ia melihat bulan terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian ketika dia melihat matahari terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar. ”Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku terlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Dan kaumnya membantahnya, Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada (malapetaka) dari apa yang kamupersekutukan dengan Allah, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?.
Ayat diatas menjadi sebuah bukti bahwasanya Tauhid merupakan sebuah misi risalah yang hendak dicapai oleh Nabi Ibrahim as. Sehingga pada akhirnya, Ia beriman kepada Allah SWT, dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain-Nya. Misi risalah itulah yang juga diemban oleh Nabi Muhammad SAW. dan juga para Nabi lainnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 25  yang artinya:
“Dan tidaklah kami mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku”.
Betapa pentingnya Tauhid bagi kehidupan manusia, sehingga Tauhid ditempatkan pada bagian pertama dan utama oleh semua agama, khususnya agama samawi. Oleh karena itu, sangat penting sekali apa sebenarnya tentang Manfaat, Tujuan dan Sumber Tauhid, Aqidah Islamiyah, dan Ilmu Kalam bagi kehidupan manusia, sehingga dijadikan sebuah tujuan utama dari diutusnya para Nabi dan Rasul.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas secara singkat mengenai Manfaat, Tujuan, dan Sumber Tauhid, Aqidah Islamiyah, dan Ilmu Kalam tersebut dalam kehidupan umat manusia, dengan harapan bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan juga para pembaca makalah ini.








BAB 2
PEMBAHASAN

Meskipun inti pembahasan makalah ini ialah tentang Manfaat dan Tujuan Ilmu Tauhid, Aqidah Islamiyah, dan Ilmu Kalam, Namun terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang pengertian Ilmu Tauhid, Aqidah Islamiyah, dan Ilmu Kalam, Yang hal itu menurut penulis akan lebih memudahkan dalam memahami pembahasan selanjutnya.
1.   PENGERTIAN ILMU TAUHID, AQIDAH ISLAMIYAH, DAN ILMU KALAM

1.1.      Pengertian Tauhid

Kata Tauhid berasal dari kata Wahhada-Yuhawwidu yang secara etimologis berarti ke-Esaan, sehingga istilah mengtauhidkan ialah “Mengesakan”. Sementara itu para ulama berbeda pendapat dalam mendenifisikan tauhid ini, tetapi perbedaan itu hanyalah pada redaksi atau kalimat yang digunakan, sedangkan substansinya adalah sama.
Muhammad Abduh mengatakan bahwa, “Ilmu Tauhid ialah sesuatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya. Juga membahas tentang Rasul-Rasul Allah SWT. Meyakinkan ke-Rasulan mereka, apa yang boleh (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkan kepada mereka”.1)
1)  Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Rajawali Press, Jakarta, 2008.



Sementara itu Affandi Al-Jasr mengatakan bahwa, Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal yang menetapkan aqidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan.2)
Selain itu Prof. M. Thahir A. Muin mendefinisikan bahwa, Ilmu Tauhid ialah Ilmu yang menyelidiki dan membahas soal yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT., dan bagi sekalian utusan-utusan-Nya, juga mengupas dalil-dalil yang mungkin sesuai dengan akal pikiran, dan sebagai alat untuk membuktikan adanya Zat yang mewujudkan.3)
Disamping itu masih banyak sekali definisi lain yang dikemukakan para ahli tentang Ilmu Tauhid tersebut. Hal inilah yang memberi sebuah gambaran bahwa, nampaknya belum ada kesepakatan di antara para ahli mengenai definisi dari Ilmu Tauhid. Akan tetapi, dari definisi-defifisi yang dikemukakan para ahli tersebut, setidaknya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa, Ilmu Tauhid ialah Ilmu yang berhubungan dengan masalah ketuhanan (Allah), Rasul atau Nabi, dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya.
Sejalan dengan perkembangan ruang lingkup tentang pembahasan ilmu ini, maka terkadang Ilmu Tauhid dinamai pula dengan Ilmu Teologi, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Aqaid, dan ilmu ketuhanan. Dinamai Ilmu Teologi, karena ilmu ini juga membahas tentang bagaimana mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil dan bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng kepercayaan yang bertentangan dengan dalil. Selain itu, pada intinya Ilmu Teologi ini juga berhubungan dengan masalah ketuhanan.
2)  Drs. H.M Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Citra Niaga Rajawali Pres, Jakarta 1993.
3)  Drs. H.M Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Citra Niaga Rajawali Pres, Jakarta 1993.



Selanjutnya Ilmu Tauhid dinamai dengan Ilmu Ushuluddin, karena Ilmu ini membahas pokok-pokok keagamaan , yakni kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan. Dan dinamai Ilmu Aqa’id, karena dengan Ilmu ini seseorang diharapkan agar meyakini dalam hatinya secara mendalam dan mengingatkan dirinya hanya kepada Allah SWT. Sebagai Tuhan.4)
Dari pembahasan diatas tampak bahwa, pada intinya Ilmu Tauhid ialah Ilmu yang berbicara tentang bagaimana seseorang meyakini dan percaya hanya ada Tuhan yang satu, yang berkuasa atas segala sesuatu, sehingga Ilmu Tauhid ini adalah sebuah disiplin ilmu yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia, khususnya bagi umat beragama untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun yang menjadi objek kajian dari Ilmu Tauhid ini ialah Aqidah yang diterangkan dalil-dalilnya, yakni Aqidah yang dimaksud ialah pendapat dan pikiran atau anutan yang mempengaruhi jiwa manusia, lalu menjadi sebagai suatu bagian dari manusia itu sendiri yang dipertahankan dan di I’tiqadkan bahwa itu adalah benar. Oleh karenanya, Aqidah inilah yang menjadi dasar Aqidah Islamiyah.
Secara garis besar Ilmu Tauhid ialah Ilmu yang mempelajari bagaimana bertauhid dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadist. Petunjuk Al-Quran dan Hadist inilah yang dikaji secara mendalam oleh para Ulama’. Namun karena pola pikir, latar belakang, metode pendekatan, dan sudut pandang yang berbeda, tentunya hasil dari pemikiran merekapun berbeda pula. Jangankan antar madzhab, di dalam satu madzhabpun perbedaan sering terjadi, sehingga munculah sekte-sekte.
Jalan yang paling aman dan dekat untuk mengenal Tuhan ialah dengan memperhatikan dan meneliti alam semesta. Al-Quran selalu mendorong manusia agar mau memperhatikan dan memikirkan apa yang ada dan terjadi di alam raya ini, bukan saja alam yang berada di luar dirinya, tetapi  juga apa yang ada dalam diri manusia itu sendiri.
4)         Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Rajawali Press, Jakarta, 2008
1.2.      Pengertian Aqidah Islamiyah
Aqidah Islamiyah sering disebut dengan Tauhid. Ajaran Tauhid disebut pula ajaran monoteisme, Aqidah ini sudah ada sejak zaman Nabi Adam a.s. sebagai seorang Nabi dan Rasul, Nabi Adam a.s. telah membawa Aqidah ketauhidan tersebut, suatu Aqidah yang diberikan Allah SWT. Kepada beliau. Oleh karena itu, umat islam yakin, Nabi Adam a.s. menganut paham monoteisme dan tidak mungkin menganut paham politeisme / kemusyrikan.
Nabi Adam tahu betul tentang Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah SWT. Dengan keyakinan bahwa Aqidah ketauhidan sudah ada sejak Nabi Adam a.s. Umat manusia menolak teori CH. Darwin dan pengikutnya mengenal evolusi tentang asal-usul agama.
Alasan-alasan yang biasa dikemukakan dalam penolakan teori tersebut adalah sebagai berikut :
-      Kalaulah Agama Islam muncul melalui proses evolusi, sesuai dengan tingkat dan kemajuan Ilmu Pengetahuan, berarti Agama Islam adalah hasil produk manusia. Sedangkan Islam adalah Agama Wahyu yang datang dari Allah SWT. Ia bukan kebudayaan, sekalipun ia melahirkan kebudayaan dan beradaban.
-      Kalau Nabi Adam a.s. adalah seorang Nabi, tentulah ia diberi bekal oleh Allah SWT. Dengan agama tauhid atau monoteisme.
Dalam membina Aqidah dan Ibadah, Agama juga tidak bisa berjalan sendiri, Ia harus dibantu dengan Ilmu Pengetahuan. Ilmu dapat menjelaskan dan menafsirkan arti dan makna Aqidah dan Ibadah secara rasional, sehingga ia tidak hanya diterima dengan rasa (Iman) tetapi juga dengan rasio (akal). Hal ini akan memantapkan rasa keberagaman dan keyakinan seseorang serta menumbuhkan kesadarannya yang mendalam untuk memperkuat iman dan melaksanakan ibadah dengan baik dan benar yang sesuai dengan syariat.


1.3.      Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu kalam disebut juga ilmu al-aqa’id yakni ilmu yang membicarakan tentang wujudnya Allah, sifat yang semestinya ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada padanya, dan sifat-sifat yang mungkin ada padanya, dan membicarakan rasul-rasul Allah,untuk menetapkan kerasulnya dan sifat-sifat yang harus ada padanya.5) Husain Affandi al-jasr mengatakan “ Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas hal-hal yang menetapkan aqidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan”.6) Ada juga yang mengatakan ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil fikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan Salaf dan Ahli Sunnah.
Dengan redaksi yang berbeda dan sisi pandang yang lain, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa Ilmu Kalam ialah “ Ilmu yang berisi alasan-alasan dari aqidah keislaman dengan dalil-dalil Aqliyah dan berisi pula alasan-alasan bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari Aqidah Salaf dan Ahli Sunnah7). Disamping definisi-definisi diatas, masih banyak definisi-definisi yang lain yang dikemukakan oleh para Ahli. Nampaknya belum ada kesepakatan kata diantara mereka mengenai definisi Ilmu Kalam ini. Meskipun demikian,  apabila disimak apa yang tersurat dan yang tersirat dari definisi-definisi yang diberikan oleh mereka, masalah ini berkisar kepada pesoalan-persoalan yang berhubungan dengan Allah, Rasul, atau Nabi, dan hal-hal yang berkenaan dengan manusia yang sudah mati.
5)  A. Hanafi. MA, Theologi Islam ( Ilmu Kalam ), Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hlm. 10.
6)  Asmuni, M Yusran, Ilmu Tauhid, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999.
7)  A. Hanafi. MA, Theologi Islam ( Ilmu Kalam ), Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hlm. 10.





2.   MANFAAT, TUJUAN DAN SUMBER ILMU TAUHID

2.1.      Manfaat Ilmu Tauhid
Manfaat Tauhid antara lain ialah :
1.    Tauhid dapat memerdekakan umat manusia dari segala perbudakan dan penghambaan kecuali kepada Allah SWT. Yang menciptakan dengan bentuk yang sempurna.
2.    Tauhid dapat membantu dalam pembentukan kepribadian yang kokoh, arah hidup menjadi jelas, dan tidak mempercayai Tuhan kecuali hanya kepada Allah SWT. Kepada-Nya tempat menghadap, baik dalam kesendirian atau di tengah keramaian orang, dan selalu memohon kepada-Nya dalam keadaan sempit maupun lapang.
3.    Tauhid dapat memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya dengan penuh harap kepada Allah SWT. Dan selalu bertawakal, ridha atas ketentuan-Nya, dan sabar terhadap musibah.
4.    Tauhid yang baik dan benar dapat menghilangkan sifat syirik ( menyekutukan Allah SWT ) yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak, yakni sesaat menghadap dan menyembah yang hidup, dan suatu saat menghadap dan menyembah kepada yang mati. Dalam firman-Nya Allah SWT. Menjelaskan :
“Hai penghuni penjara, manakah yang lebih baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu, ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?”. (Q.S Yusuf ayat : 39)
5.    Tauhid sebagai pondasi manusia dalam menjalani perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagai hamba yang mulia untuk membentuk pribadi yang beriman dan bertaqwa.




2.2.      Tujuan Tauhid
Tujuan Tauhid antara lain adalah :
1.    Tauhid bertujuan untuk memberikan pengetahuan dengan baik dan benar tentang keyakinan seseorang kepada Allah SWT. Dengan menggunakan dalil naqli (Al-Quran dan Hadits), dan dalil aqli (rasio).
2.    Tauhid bertujuan untuk menghilangkan keraguan terhadap Allah SWT. Yang melekat pada hati seseorang dari godaan setan, jin, dan manusia.
3.    Tauhid bertujuan untuk meluruskan aqidah-aqidah yang menyeleweng dan keliru, akibat kesalahfahaman dan pemalsuan hadits-hadits, yang pada saat itu timbul sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri, dengan demikian kemurnian pemahaman terhadap Alllah SWT. Kembali kepada Al-Quran dan Hadits.
4.    Tauhid bertujuan untuk memantapkan keyakinan akan keEsaan-Nya, dan menumbuhkan kesadaran akan tugas, dan kewajibannya sebagai hamba Allah SWT. apabila tauhid itu dapat diketahui, dipahami, dan diamalkan dengan baik dan benar.
5.    Tauhid bertujuan untuk menambah aqidah dan keimanan seseorang, karena iman itu bisa bertambah, dan berkurang. Yang dalam Al-Qur’an Allah SWT. Berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabia dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal”. (Q.S. Al-Anfal ayat :2 ).
2.3.      Sumber Tauhid

Sumber-sumber tauhid adalah sebagai berikut :

1.           Al-Quran
Sebagai sumber tauhid, Al-Qur’an banyak menyinggung hal-hal yang bekaitan dengan ketauhidan, antara lain :
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat ayat ; 56)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Dan yang menciptakan itulah yang berhak untuk diibadahi, sekaligus membantah orang-orang yang menyembah kepada berhala-berhala dan semacamnya. Oleh karena itu mempelajari tauhid merupakan kebutuhan setiap individu.
“Sungguh , Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang Rasul yang mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah Thagut.” (Q.S. An-Nahl ayat : 36)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hikmah diutusnya seorang Rasul yakni untuk mendakwahkan tauhid, serta membawa misi dakwah untuk mengajak bertauhid dan menjauhi sifat syirik, yang disertai dengan pengingkaran terhadap thagut dan sesembahan selain Allah SWT.
“Rabbmu memerintahkan kepadamu, agar kamu tidak beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan berbaktilah kepada kedua orang tua.” (Q.S. Al-Israa’ ayat : 23)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT. Memerintahkan kepada umatnya tentang, hak Allah adalah yang paling penting yang harus ditunaikan, karena hak-haknya Allah SWT. Adalah sebagai sikap tauhid kita kepada yang Maha Menciptakan, yang dilanjutkan dengan sikap pengagungan terhadap hak-hak kedua orang tua untuk selalu berbakti kepadanya.  

2.    Hadist

Adapun hadits-hadits yang menjadi salah satu sumber tauhid yang menjelaskan tentang keutamaan tauhid, adalah :


Nabi Muhammad SAW bersabda:

إن الله لم يفرض شيئا أفضل  من التوحيد والصلاة, ولو كان شيء أفضل منه لافترضه على ملائكته منهم راكع ونهم ساجد
”Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan sesuatu yang lebih utama dari tauhid dan shalat, kalau ada sesuatu yang lebih utama darinya, maka pasti Allah akan mewajibkannya kepada para malaikatnya, diantara mereka ada yang ruku dan ada yang sujud”.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله فإذا قالوها عصموا منى دمائهم وأموالهم إلا بحقها وحسابهم على الله , متفق عليه.
“Aku di perintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengatakan bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, tatkala mereka mengatakannya maka mereka telah menjaga darah mereka dan harta mereka dariku, dan hisab mereka tanggung jawab Allah” (HR. Bukhori –muslim).

3.   Pendapat Ulama
Mengenai tauhid para ulama banyak menjelaskan tentang hakekat beribadah dengan bertauhid, antara lain adalah :
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Sesungguhnya hakekat tauhid ialah mengesakan Allah yang maha suci dalam beribadah”.8) Oleh sebab itu, para Nabi dan Rasul, serta pengikutnya menjadikan dakwah tauhid sebagai dakwah yang paling utama dan diprioritaskan.
8)        Syarh Kasyfu Asy-Sybuhat fi At-tauhid, Dar Jamilurrahman As-Salafy, hlm. 17.


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Segala sesuatu yang disembah selain Allah ta’ala adalah bathil/sesembahan yang keliru…9). Menurut beliau segala sesuatu yang disembah selain AllahSWT. Adalah bathil. Dan tidak ada nilai ibadah disisi-Nya dan segala amal dan ibadahnya akan tertolak dan sia-sia.
Syaikh Muhammad bidn Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Tauhid merupakan agama segenap Rasul yang diutus oleh Allah SWT. Kepada hamba-hamba-Nya”. Dan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhahullah berkata, “Apabila kenyataannya seperti itu, yaitu segenap Rasul menyerukan tauhid, maka seharunya dakwah itu dilakukan untuk menyerukan pokok ini. Dakwah dilakukan untuk mengajak orang mentauhidkan Allah SWT. Sebab dengan tauhid itulah hati menjadi baik dan amalan pun akan menjadi baik”.10) Maka menurut perkataan beliau agama para Nabi adalah satu. Yang kesemuanya menjelaskan tentang dakwah tauhid yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk segenap Rasul yang risalahnya dilanjutkan oleh umat manusia.
Penjelasan-penjelasan para ulama mengenai hakikat beribadah dengan tauhid pada intinya semua menyerukan bahwa beribadah haruslah dengan sikap tauhid yang benar yakni meng-Esakan hanya kepada-Nya, dan mengetahui bahwa para Rasul di utus untuk membawa misi dakwah untuk mengajak umat manusia mentauhidkan hanya kepada Allah SWT. yang sebenarnya masih banyak sekali penjelasan-penjelasan para ulama yang berkaitan dengan hakekat beribadah dengan tauhid.
9)        Syarh ‘Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Dar Al-Qudss, 1426 H, hlm. 34.
10)     Syarh Kasyfu Asy-Syubuhat fi At-Tauhid, hlm. 20.





3. MANFAAT, TUJUAN DAN SUMBER AQIDAH ISLAMIYAH

3.1.      Manfaat Aqidah Islamiyah
Adapun Manfaat Aqidah Islamiyah antara lain :
1.    Untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Sebab aqidah merupakan benteng yang paling utama bagi umat muslim untuk menjaga kemurniannya.
2.    Agar mendapatkan ketenangan dalam hidup, karena orang yang beraqidah hanya akan fokus kepatu satu Tuhan, yakni Allah SWT. Maka seluruh upayanya akan ia serahkan kepad-Nya, sehingga akan tercipta ketenangan batin dalam hidupnya di dunia.
3.    Seseorang yang beraqidah akan mendapatkan kemudahan dalam menjalani hidup. Dimana Allah SWT. Telah menjamin kepada orang-orang yang beraqidah dengan penuh ketaqwaan.
4.    Agar setiap perbuatan, sikap, tingkah laku, dan perkataan seseorang sesuai dengan aqidah isllamiyah yang berpegang teguh akan keyakinan tauhid.
5.    Dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut, mendapatkan syafaat dari Raslullah SAW. Dan dimudahkan dalam proses hisab atau perhitungan, kebaikan dalam timbangan amal, kemudahan dalam menyeberangi siratal mustaqim dan diperkenankan masuk surganya Allah SWT. Ketika diakhirat.

3.2.  Tujuan Aqidah Islamiyah

Adapun Tujuan Aqidah Islamiyah antara lain :

1.    Memantapkan keyakinan tentang kebenaran  aqidah dan menjelaskan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
2.    Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah SWT. Dan bermua’malah dengan orang lain. Karena diantara dasar aqidah adalah mengimani para Rasul dengan mengikuti jalan mereka.
3.    Memberikan ketenangan jiwa, dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa, dan tidak goncang dalam pikiran. Karena aqidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan pencipta-Nya yang mengatur segala urusan umatnya.
4.    Mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah SWT. Semata. Karena hanya kepada-Nyalah kita menyembah, dan memohon pertolongan. Dan karena Dia adalah Maha pencipta segalanya dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
5.    Menghilangkan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari aqidah. Karena dengan hati kosong dari aqidah dapat terjerumus dalam jurang kemaksiatan.
6.    Untuk membimbing umat manusia kembali kepada jalan kebenaran, sesuai yang dicontohkan oleh Nabi dan Rasul, sehingga dapat membentuk karekteristik manusia yang sesuai dengan aqidah islamiyah.
3. 3. Sumber Aqidah Islamiyah
Adapun sumber-sumber aqidah islamiyah antara lain :
1.   Al-Quran
Sebagai sumber aqidah, Al-Quran banyak menyinggung tentang kepercayaan Islam yang diyakini oleh orang-orang atas kebenaran-Nya. Antara lain :
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Rad ayat : 13)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam) sesuai fitrah-Nya, disebabkan Dia telah menciptakan manusia dengan fitrah-Nya itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan-Nya . Itulah agama yang lurus , akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” ( Q.S. Ar-Rum ayat : 30)
“ Dan barang siapa yang berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telang berrpegang kepada buuhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.” (Q.S. Luqman ayat : 22)
Dari ayat-ayat di atas sangatlah jelas bahwa Al-Quran sangat berperan penting bagi umat manusia tentang beraqidah yang baik dan benar.
2.   Hadits
Adapun Hadits yang menetapkan kebenaran tentang keyakinan aqidah islam diantaranya :
Dari Jundup radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bercerita bahwa seseorang berkata : “Demi Allah, Allah tidak mengampuni Fulan”. Sesunggunhnya Allah Ta’ala berfirman : “Siapakah yang bersumpah atas-Ku bahwa aku tidak mengampuni Fulan, sesungguhnya Aku telah mengampuni Fulan dan Aku menghapus amal atau seperti apa yang ia ucapkan”. (Hadits ditakhrij oleh Imam Muslim).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shalallahu ‘alihi wa sallam, beliau bersabda :  Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Sesungguhnya umatmu senantiasa berkata : “Apakah ini, apakah ini ?”, sehingga mereka berkata : Ini adalah Allah, yang menciptakan makhluk. Maka siapakah yang menciptakan Allah?” (Hadits ditakhrij oleh Imam Imam Muslim).
Dari Abu Zur’ah, Ia mendengar Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alihi wa sallam bersabda : Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Siapakah yang hendak aniaya dari pada orang yang seperti buatan-Ku, maka hendaklah ia membuat semut kecil, atau membuat biji dan gandum”. (HR. Bukhari).
Dari hadits-hadits diatas dapat kita pahami bahwa seseorang yang beraqidah haruslah mengetahui dengan baik dan  benar akan kebenaran Maha Besar dan Mulianya Allah SWT.

4.           MANFAAT, TUJUAN DAN SUMBER ILMU KALAM

4.1 Manfaat Ilmu Kalam
Adapun manfaat ilmu kalam antara lain adalah : 
1.    Agar manusia dapat mengetahui dengan baik dan benar tentang Dzat dan sifat-sifat Allah SWT, baik yang wajib, mustahil dan ja’iz bagi Allah SWT.
2.    Agar manusia dapat meyakini, menghayati dengan baik dan benar akan perkataan, dan wahyunya Allah SWT.
3.    Agar bertambah akan keyakinan, dan pemahaman aqidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan.
4.    Agar manusia terbimbing ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
5.    Menjadikan kalamullah (Al-Qur’an) sebagai pegangan hidup, serta motivasi untuk melakukan kebajikan dalam beramal shalih.
4.2. Tujuan Ilmu Kalam
Adapun Tujuan Ilmu Kalam adalah sebagai beerikut :
1.    Memberikan kebenaran Wahyu tentang hal-hal yang terkait dengan kesalahpahaman pemikiran-pemikiran diluar Al-Quran.
2.    Menjelaskan, memperkuat, dan membelanya dari penyimpangan yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
3.    Menjelaskan persoalan-persoalan yang terjadi dimasyarakat yang tidak ada penjelasannya dalam Al-Qur’an dan Hadits oleh para mutakallimin.
4.    Membenarkan hal-hal yang terkait dengan penyelewengan tentang kebenaran agama Allah SWT.
 4.3. Sumber Ilmu Kalam
Adapun sumber ilmu kalam adalah sebagai berikut :
1.   Al-Qur’an
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Quran banyak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan masalah ke-Tuhanan, diantaranya adalah :11)
 Q.S. Al-Baqarah ayat:75
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka merubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahuinya”.
Q.S. Al-Baqarah ayat:253
Rasul-rasul itu kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain.  Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan kami beri Isa putra Maryam beberapa mukjizat dan kami perkuat dia dengan Ruhul Kudus (Jibril). Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih, maka diantara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya”.
Q.S. Ali-Imran ayat:83
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang dilangit dan dibumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”.   
11)     Ibid, hlm. 260-261

2.   Hadits
Hadits Nabi Muhammad SAW. juga banyak membicarakan masalah-masalah yang dibahas mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu kalam, salah satunya :

Rasulullah SAW  bersabda:
إن أمتى ستفترق على ثنتين وسبعين فرقة كلها فى النار إلا واحدة وهى الجماعة

“Ummatku akan terpecah belah menjadi 72 golongan, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu jama’ah”. (HR. Abu daud, turmudzi, ibnu majah).
Keberadaan hadis diatas berkaitan dengan perpecahan umat, karena dari hadis diatas dijelaskan bahwa umat islam akan terpecah belah ke dalam beberapa golongan. Diantara golongan-golongan itu, hanya satu saja yang benar, yakni Ahlus Sunah Wal Jama’ah.

3.   Pemikiran Manusia

Pemikiran-pemikiran Islam sebagai sumber ilmu kalam adalah ijtihad yang dilkukan para mutakallimin dalam persoalan yang tidak ada penjelasannya dalam Al-Quran dan Hadis , seperti persoalan ma’shum dan bada di kalangan Syi’ah, dan persoalan kasab dikalangan Asy’ariyah.
Dikalangan Syi’ah salah satu tokoh pemikiran agama yakni Abdullah bin Wahab bin Saba’, yang lebih dikenal dengan nama Ibn Sauda. Ia membawa pemikiran bahwa Ali bin Abi Thali r.a. adalah seorang khalifah yang diperkuat oleh nash agama, yang beranggapan bahwa kehidupan Ali r.a. bersifat lestari, sedangkan khalifah sebelumnya tidak sah.
Pemikiran Ibn Sauda ini merupakan transformasi pemikiran agama Yahudi. Pemikiran ini kemudian berkembang menjadi aliran yang terkenal dalam Islam, yaitu Syi’ah Imamah.
Dikalangan Asy’ariyah salah satu tokoh pemikiran agama yakni Abu hasan Ismail Al-Asy’ari, Ia mengatakan bahwa masa awal islam terdapat dua orang tokoh agama lain. Salah satu tokohnya bernama Ma’bad bin Abdillah Al-Juhani Al-Bisri yang datang menghasut masyarakat  Madinah  dengan mengajarkan masalah qadar. Karena dianggap sebagai orang yang sesat, kemudian Ma’ad ditangkap dan dihukum mati, dan disalib oleh Khalifah Malik bin Marwan di Damaskus pada tahun ke-8 H.12)
Adapun orang yang pertama membentangkan pemikiran kalam secara lebih baik dengan logikanya adalah Imam Al-Asy’ari, tokoh ahlu sunnah wa al-jama’ah, melalui tulisan-tulisannya yang terkenal, yaitu Al-Muqalat,13) dan Al-Ibanah An-Ushul Ad-Diyanah
12)     Al-Imam Abi Hasan  Ali bin Ismail Al-Asy’ari, Maqalat Al-Islamiyyin wa Ikhtilaf Al-Mushallin, jilid I An-Nahdhah Al-Masyhriyyah, Kairo, 1950, hlm. 10
13)     Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. UI-Press, Jakarta, hlm. 6












BAB 3
PENUTUP

Dengan kita mengetahui pengertian, dan memahami manfaat, tujuan, dan sumber Tauhid, Aqidah Islamiyah, dan Ilmu Kalam, tentu kita akan mengetahui bahwa, apa saja yang dijadikan materi dalam pembahasan Ilmu ini, baik itu pengertian, manfaat, tujuan, dan sumber maupun ruang lingkup pembahasannya. Jika ditinjau dari definisinya dapatlah kita ketahui bahwa Ilmu Tauhid,Aqidah Islamiyah, dan Ilmu Kalam ini adalah suatu Ilmu yang membahas dan membicarakan wujudnya Allah SWT. Sifat yang mestinya ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada padanya, dan sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya, dan membicarakan Rasul-Rasul Allah SWT., untuk menetapkan kerasulannya dan sifat-sifat yang harus ada padanya. Oleh karena itu kewajiban pertama bagi seorang hamba adalah mengenal Allah.
Allah SWT berfirman:
فاعلم أنه لآ اله إلا الله [ محمد: 19 ]
“Maka ketahuilah bahwasanya tidak ada tuhan kecuali Allah SWT” (Q.S. Muhammad : 19)
Nabi Muhammad SAW bersabda:

أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله فإذا قالوها عصموا منى دمائهم وأموالهم إلا بحقها وحسابهم على الله , متفق عليه.
“Aku di perintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengatakan bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, takala mereka mengatakannya maka mereka telah menjaga darah mereka dan harta mereka dariku, dan hisab mereka tanggung jawab Allah” (HR. Bukhori –muslim).



Allah memiliki nama-nama yang baik. Allah berfirman:

ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها...... الآية [الأعراف : 180 ]
“Allah memiliki nama-nama yang baik, maka berdoalah dengannya”.(Q.S. Al-A’raf:180)

Nabi Muhammad bersabda:
لله تسعة وتسعون إسما مائة إلا واحدا,  من أحصاها دخل الجنة. متفق عليه
“Allah memiliki 99 nama atau 100 kurang 1, barang siapa yang menghafalnya maka ia akan masuk surge”. (HR. Bukhari-Muslim)

Dari  firman Allah SWT. Dan Hadits Rasulullah SAW. Diatas bahwa hendaknya kita sebagai umat manusia untuk selalu memulai sesuatu dengan memuju asma-Nya. Sehingga kita dapat mengetahui dengan baik dan benar, tentang kewajiban sebagai mahluk, serta agar dapat mengambil manfaat dan tujuan sumber tauhid, aqidah islamiyah, dan ilmu kalam ini, agar umat manusia dapat menjadikannya sebagai pedoman hidup, yang dengannya umat manusia bisa terbimbing kepada jalan yang diridhai Allah SWT. Serta dengan ilmu ini umat manusia bisa menjalani hidup dengan apa yang telah digariskan olah Allah SWT.
Dari semua penjelasan menganai manfaat, tujuan, dan sumber tauhid, aqidah islamiyah, dan ilmu kalam yang penulis paparkan dalam makalah ini, semoga kita semua dapat mengambil pelajaran untuk bisa dilaksanakan di kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, sehingga keridhaan Allah SWT. Akan dapat kita raih bersama.





DAFTAR PUSTAKA

Asmuni, M. Yusran, Ilmu Tauhid, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,                                Jakarta, 1999).
Mukhlisin S.Ag,From : Http//:www,google/pendahuluan ilmu tauhid.pdf/15 maret 2012.
A.Hanafi MA, Theology Islam ( Ilmu Kalam ), (Jakarta :Bulan Bintang,1979).
Nata Abudin, Metodologi Studi Islam, Rajawali Pers: Jakarta, 2008.
Muhammad K. Mu’tahim, Laa Tansa Ya.. Musimin. Alifbata: Jakarta,2007.
Musthofa Drs. Khalili H.M. Kharwani, Tauhid Pokja Akademik UIN Sunan Kali    Jaga: Yogyakarta, 2005.
 Syarh Kasyfu Asy-Sybuhat fi At-tauhid, Dar Jamilurrahman As-Salafy.
Syarh ‘Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Dar Al-Qudss, 1426 H.